Istriku, ku mengaku kalah Hujan badai dari subuh kau terabas, tak masalah Sedang aku mandi pagi saja takut Istriku, kau begitu nyata Kau terbuat dari debu serta juga air mata Sedang aku cuma buku, kasur dan kopi Di setiap tikungan yang kau ambil ada doa Di setiap doa yang kau bisikkan ada nyawa Di telapak kakimu yang kapalan, di situ surga Hei suami yang aneh, kamu pulang kapan? Jangan jawab kapan-kapan, kubutuh kepastian Cokelat mazmur, kasih sayang dong, eh masa depan yang terukur Kau pikir ku pembantumu, aku itu ibu, ibu negara semacam Puan Maharani-mu Fuck you, jangan cari gara-gara, apa mau kukutuk jadi batu? Apa kamu mau jadi Malin Kundang di Canggu? Apa susahnya sekali telefon? Kirim surat melalui merpati atau kirim doa via JNE Atau kirim daster melalui FedEx Express, lepaskan video call sex Jangan sampai cintaku padamu kujual di Bursa Efek Aku tahu ini masa pandemi anjing Hei suami yang aneh, kamu pulang kapan? Istriku, ku kalah perkasa Kejamnya ibu kota kau tantang dengan lantang Sedang aku takluk tak berdaya di depan ibu kos Oh istriku, kau serupa misteri Air susumu sudah habis Ketuban sudah pecah Tiap bulan darah tumpah Tapi keringatmu menghidupi kita Di setiap tikungan yang kau ambil ada doa Di setiap doa yang kau bisikkan ada nyawa Di telapak kakimu yang kapalan, di situ surga